Buka bersama adalah kegiatan yang sudah tidak asing lagi di lakukan oleh Muslim di Indonesia. Buka bersama, atau disingkat bukber ditujukan untuk buka puasa secara bersama-sama. Biasanya dilakukan antar teman kerja, teman lama, atau keluarga besar di suatu tempat seperti Rumah Makan, Mall, atau tidak jarang yang buka bersama di rumah rekannya. Sepertinya bukber ini sudah mendarah daging di kalangan kita, teman-teman lama SD, SMP, SMA, semua antre membuat jadwal bukber. Artinya, bukber di mata orang Indonesia sangat di nantikan dan di persiapkan dengan baik. Penulis sendiri, harus mempersiapkan 5 (lima) agenda bukber, terasa melelahkan tetapi harus menghormati undangan.
Dalam Islam, buka bersama memang salah satu kegiatan yang disunnahkan. Masuknya ke dalam fadhillah makan bersama, bukan buka bersama tetapi ada kesamaan makna yaitu “Makan Bersama”. Ada keberkahan yang terkandung didalamnya. Dari Jabir bin Abdillah beliau mengatakan bahwa beliau mendengar Rasulullah saw. Bersabda “Makan satu orang itu cukup untuk dua orang. Makanan dua orang itu cukup untuk empat orang. Makanan empat orang itu cukup untuk delapan orang “ (HR Muslim no 2059)
Hadits diatas bermakna, bahwa makan yang dilakukan secara bersama-sama dengan rekan kita adalah perbuatan yang mulia, ada keberkahan yang Allah berikan bagi mereka yang berjamaah. Betapa tidak, makanan yang tadi nya kita makan sendiri, kemudian karena bersama-sama kita bagikan dengan teman sebelah kita, disitulah ada nilai kebersamaan nya. Kemudian, melihat kondisi buka bersama yang diartikan seperti “kongkow” biasa, relevan-kah hadits diatas ? Kemudian apa saja dampak negatif buka bersama ?
Bukber yang dilakukan oleh orang Indonesia sekarang itu jauh dari nilai berkah. Karena tidak ada maksud untuk “saling berbagi”, tetapi sendiri-sendiri saja. Ketika satu teman makan ayam di satu piring, teman yang lain makan ikan lele, yang lain lagi makan ikan gurame. Disitu kita berpikir, apa beda nya buka bersama dengan buka sendiri ? Toh yang dimakan menu nya berbeda, rasa kebersamaan nya tidak ada, keberkahan-pun tidak menyertai. Karena berkah akan menyertai jika kegiatan makan bersama itu dilaksanakan dengan sikap memberi dan menerima. Misalnya, di hidangkannya piring besar yang kemudian sekelompok orang makan di piring yang besar itu, sambil sesekali bertukar ayam, memberi sambal, itulah berkah nya makan bersama.
Kemudian, dalam bukber banyak walaupun tidak semua, mereka lalai melaksanakan shalat maghrib. Ini yang luput dari pandangan pecinta bukber. Kadang setelah makan, mereka lebih asyik selfi bersama rekannya, merokok sambil ngobrol yang tidak ada ujungnya, tertawa bersama, inikah buka bersama ? Seyogyanya setelah buka bersama, sebagai muslim yang baik dan mengerti hakikat puasa, kita dahulukan shalat maghrib nya, setelah shalat bisa dilanjutkan untuk sebentar ngobrol. Kenapa harus sebentar ? Karena ibadah kita masih ada lagi, yaitu shalat Isya’ dan tarawih.
Bisa saja kita shalat Isya’ pukul 20.00, tetapi itu kan termasuk menunda waktu shalat, bahkan masuk kategori melalaikan. Kita kan ingin ramadhan yang berkualitas, maka prosesi buka bersama, janganlah membuat Allah marah lagi dengan kita. Puasa untuk Allah, maka jangan sampai Allah tidak ridho hanya karena bukber yang konyol itu. Bukber boleh saja, asalkan kita pandai memahami dan mengikuti rambu-rambu yang ditetapkan Allah.
Semoga, puasa kita diterima Allah SWT. sehingga tercapailah cita-cita Muttaqin. Yang lalu, mungkin kita mudah menunda shalat Isya’ karena tidak tahu karena lebih asyik ngobrol selepas bukber, dan semoga khilaf kita di ampuni oleh Allah SWT.
Wallahul muwaafiq ilaa aqwamith thoriiq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar