Selasa, 02 Agustus 2016

MUSIK DALAM ISLAM, SEBUAH PARADIGMA BARU By. Khairul Umam



MUSIK DALAM ISLAM, SEBUAH PARADIGMA BARU
Khairul Umam

Musik adalah bunyi-bunyian yang terdengar oleh indra pendengaran manusia, yang berasal dari gesekan, tiupan, atau semisalnya hingga terdengarlah suara. Musik adalah bahasa jiwa manusia, dengan musik manusia bisa mengekspresikan dirinya. Sedang sedih, manusia biasanya memutar musik yang berirama sendu dan mendayu, sebaliknya, ketika manusia sedang semangat, diputarlah musik yang dapat menambah semangatnya. Begitu hebatnya musik, hingga mind set manusia dapat berubah karenanya. Musisi dangdut Rhoma Irama, mengatakan dalam lagunya “Memang dengan adanya musik, dunia ramai jadi berisik. Tapi kalau tak ada musik dunia sepi kurang asyik”(Rhoma Irama-Musik)

Kemudian yang masih menjadi perdebatan sengit diantara ulama adalah tentang kehalalan musik, atau kebolehan mendengarkan atau memainkan musik. Sampai saat ini belum clear, haram atau halalnya artinya ulama belum sepakat tentang hukumnya. Hadits-hadits tentang haramnya musik, didasari pada hadits yang berbunyi “Sungguh akan ada sebagian dari umatku yang menghalalkan zina, sutera, minuman keras, dan alat musik” (HR. Bukhari no. 5590) 

Hadits diatas, masih sangat tekstual. Sedangkan makna tersiratnya masih bisa ditafsiri lagi. Mengapa kemudian yang diharamkan adalah alat-alat musik ? bukan musik saja ? Tentunya ini isyarat. Allah memberikan manusia akal, untuk kemudian meng-eksplorasikan akal yang telah diberikan Allah. Alat musik adalah buatan manusia, lantas berarti Allah mengekang kembali kebebasan berpikir manusia untuk menciptakan sesuatu. Makna alat juga sangat luas sekali. Misalnya, ketika anak-anak SD memukulkan tangan nya ke meja, kemudian menghasilkan suara, apakah kemudian meja itu haram karena menjadi alat musik ? ini yang harus dikaji tentang konteks hadits tersebut secara lengkap menjadi satu redaksi.

Merefleksikan musik dalan kehidupan sehari-hari adalah bagian dari aktifitas manusia, penulis merasa tak bisa seoraang manusia pun menghindari musik. Hampir setiap saat, setiap tempat pastilah ada suara musik. Jika musik haram, maka manusia tidak boleh mendengarkannya, haram lidzaatihi. Ke pasar, ada musik, di radio dan televisi setiap menit ada saja suara musik. Berlebihan sekali jika kita masih terbelenggu kepada pemikiran yang kaku tentang musik.

Menurut Ali Audah, tidak bisa kita melihat seni hanya dengan akal saja, tetapi harus juga dengan hati nurani. Hati nurani inilah akhlak agama yang tak akan dapat dibohongi

Musik adalah anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia. Manusia dapat mengenal notasi, bahkan sense of music itu berada pada nurani manusia yang mencintai musik. Musik itu fitrah manusia, selama manusia dapat mempertanggung jawabkannya maka tidak ada yang perlu dipermasalahkan.

Terakhir, mari kita simak pernyataan Rhoma Irama ini sebagai penutup yang menyimpulkan tulisan singkat ini.
“Musik bukan untuk senang-senang belaka, tapi musik adalah suatu pertanggung jawaban dihadapan Tuhan dan Manusia”

Wallahul muwaafiq ilaa aqwaamith thoriiq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar