BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang Masalah
Zakat merupakan
salah satu rukun Islam yang ketiga, zakat merupakan suatu ibadah yang paling
penting kerap kali dalam Al-Qur’an, Allah menerangkan zakat beriringan dengan
menerangkan shalat. Pada delapan puluh dua tempat Allah menyebut zakat
beriringan dengan urusan shalat ini menunjukan bahwa zakat dan shalat mempunyai
hubungan yang rapat sekali dalam hal keutamaannya shalat dipandang
seutama-utama ibadah badaniyah zakat dipandang seutama-utama ibadah maliyah.
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi
tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas
setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam
kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara
rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal
sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia.
Seluruh ulama
Salaf dan Khalaf menetapkan bahwa mengingkari hukum zakat yakni mengingkari
wajibnya menyebabkan di hukum kufur. Karena itu kita harus mengetahui definisi
dari zakat, harta-harta yang harus dizakatkan, nishab- nishab zakat, tata cara pelaksanan zakat dan
berbagai macam zakat.
Salah satu sisi
ajaran Islam yang belum ditangani secara serius adalah penanggulangan
kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendayagunaan zakat,
infaq dan shadaqah dalam arti seluas-luasnya. Sebagaimana telah dicontohkan
oleh Rasulullah SAW serta penerusnya di zaman keemasan Islam. Padahal ummat
Islam (Indonesia) sebenarnya memiliki potensi dana yang sangat besar. Terdorong
dari pemikiran inilah, penulis mencoba untuk menyusun makalah zakat yang
ringkas dan praktis agar dapat dengan mudah dimengerti oleh pembaca. Meskipun
penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian
penulis berharap risalah ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah zakat ini.
1.2
Rumusan Masalah
- Mengetahui definisi/ pengertian zakat
- Mengetahui hukum zakat
- Mengetahu jenis zakat
- Mengetahui harta benda yang wajib
dikeluarkan zakatnya
- Mengetahui siapa saja yang berhak
menerima zakat dan yang tidak berhak menerima zakat
- Mengetahui faedah dan manfaat dari
zakat
- Mengetahui praktek zakat di
Indonesia
1.3
Tujuan
penulisan
Makalah ini
disusun selain untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Fiqh oleh dosen Bapak H.A
Falikh Al-Haq, S.Ag, juga untuk menambah wawasan kita mengenai zakat serta
memberikan kesadaran kepada kita bahwa zakat itu hukumnya wajib dan dapat
direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
zakat
Zakat menurut lughot
artinya suci dan subur. Sedangkan menurut istilah syara’ yaitu
mengeluarkan dari sebagian harta benda atas perintah Allah, sebagai shadaqah
wajib kepada mereka yang telah ditentukan oleh hukum Islam. Secara harfiah
zakat berarti "tumbuh", "berkembang",
"menyucikan", atau "membersihkan". Sedangkan secara terminologi
syari'ah, zakat merujuk pada aktivitas memberikan sebagian kekayaan dalam
jumlah dan perhitungan tertentu untuk orang-orang tertentu sebagaimana
ditentukan. Zakat merupakan rukun ketiga dari rukun Islam.
B.
Hukum
zakat
Zakat adalah
salah satu rukun Islam yang lima, wajib (fardhu) atas setiap muslim yang
telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat mulai diwajibkan pada tahun kedua
Hijriah. QS (2:43) ("Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan
ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'").
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,yaitu
orang-orang yang khusyu’dalam sembahyangnya,dan orang-orang yang menjauhkan
diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna ,dan orang –orang yang
mengeluarkan zakat( QS. Almu’minun 23:1-4)

“Sesungguhnya
Allah mewajibkan zakat atas kaum muslimin dari harta-harta mereka, diambil dari
orang-orang kaya mereka dan diserahkan kepada orang-orang miskin dari kalangan
mereka.” (HR. Al-Bukhari dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma).
Berdasarkan sabda Nabi shallallahu’alaihi
wa
sallam:
بُني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمداً
رسول الله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة وصوم رمضان وحج البيت لمن استطاع إليه سبيلا
“Islam
dibangun di atas lima rukun, dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallah dan
Muhammad Rasulullah, menegakkan sholat, mengeluarkan zakat, puasa di bulan
Ramadhan dan haji ke baitullah bagi yang mampu.” (Muttafaqun ’alaihi)
C.
Jenis
zakat
Zakat terbagi atas dua jenis yakni:
1.
Zakat
Fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri
pada bulan Ramadan.
Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,5 kilogram) makanan pokok yang ada
di daerah bersangkutan.
Zakat fitrah
dilihat dari komposisi kalimat yang membentuknya terdiri dari kata “zakat” dan
“fitrah”. Zakat secara umum sebagaimana dirumuskan oleh banyak ulama’ bahwa dia
merupakan hak tertentu yang diwajibkan oleh Allah terhadap harta kaum muslimin
menurut ukuran-ukuran tertentu (nishab dan khaul) yang diperuntukkan bagi fakir
miskin dan para mustahiq lainnya sebagai tanda syukur atas nikmat Allah swt.
Dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, serta untuk membersihkan diri dan
hartanya (Qardhawi, 1996:999). Dengan kata lain, zakat merupakan kewajiban bagi
seorang muslim yang berkelebihan rizki untuk menyisihkan sebagian dari padanya
untuk diberikan kepada saudara-saudara mereka yang sedang kekurangan.
Sementara itu,
fitrah dapat diartikan dengan suci sebagaimana hadits Rasul “kullu mauludin
yuladu ala al fitrah” (setiap anak Adam terlahir dalam keadaan suci) dan bisa
juga diartikan juga dengan ciptaan atau asal kejadian manusia.
Dari pengertian di atas dapat ditarik dua pengertian tentang zakat fitrah. Pertama, zakat fitrah adalah zakat untuk kesucian. Artinya, zakat ini dikeluarkan untuk mensucikan orang yang berpuasa dari ucapan atau perilaku yang tidak ada manfaatnya. Kedua, zakat fitrah adalah zakat karena sebab ciptaan. Artinya bahwa zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap orang yang dilahirkan ke dunia ini. Oleh karenanya zakat ini bisa juga disebut dengan zakat badan atau pribadi (Qurthubi, t.th:279)
Dari pengertian di atas dapat ditarik dua pengertian tentang zakat fitrah. Pertama, zakat fitrah adalah zakat untuk kesucian. Artinya, zakat ini dikeluarkan untuk mensucikan orang yang berpuasa dari ucapan atau perilaku yang tidak ada manfaatnya. Kedua, zakat fitrah adalah zakat karena sebab ciptaan. Artinya bahwa zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap orang yang dilahirkan ke dunia ini. Oleh karenanya zakat ini bisa juga disebut dengan zakat badan atau pribadi (Qurthubi, t.th:279)
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ
وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka yang dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” (At-Taubah: 103)
Zakat fitrah ialah zakat pribadi yang harus dikeluarkan pada bulan
Ramadhan atau pada hari raya fitrah. ”Dari Ibnu ’Abbas ra,ia berkata :
Rasulullah Saw, mewajibkan zakat fitrah itu selaku pembersih dari perbuatan
sia-sia dan omongan –omongan yang kotor dari orang yang berpuasa dan sebagai
makannan bagi orang miskin, maka barang siapa yang menunaikannya sebelum shalat
’Ied itu adalah zakat fitrah yang diterima dan barang siapa yang menunaikannya
setelah shalat ’Ied maka itu hanyalah suatu shadaqah dari shadaah –shadaqah
biasa ”. (HR.Abu Dawud dan Ibnu Majah,dan disahkan oleh Hakim)
Yang wajib dizakati
- Untuk dirinya sendiri; tua, muda, baik laki- laki maupun
perempuan
- Orang-orang yang hidup dibawah tanggungannya
”Dari ibnu Umar ra,berkata ia: telah bersabda Rasulullah saw:
Bayarlah zakat fithrah orang –orang yang menjadi tanggunganmu.” (HR.Daruquthni
dan Baihaqi)
Syarat-syarat wajib zakat fithrah :
1.
Islam
2.
Mempunyai
kelebihan makanan untuk sehari semalam bagi seluruh keluarga pada waktu
terbenam matahari dari penghabisan bulan ramadhan
3.
Orang-orang
yang bersangkutan hidup dikala matahari terbenam pada akhir bulan Ramadhan
Untuk zakat
fithrah dari seorang yang makanan pokoknya beras tidak boleh dikeluarkan zakat
dari jagung ,walaupun jagung termasuk makanan pokok tetapi, jagung nilainya
lebih rendah dari pada beras. Dilihat dari aspek dasar penentuan kewajiban
antara zakat fitrah dan zakat yang lain ada perbedaan yang sangat mendasar.
Zakat fitrah merupakan kewajiban yang bersumber pada keberadaan pribadi-pribadi
(badan), sementara zakat-zakat selain zakat fitrah adalah kewajiban yang
diperuntukkan karena keberadaan harta.
2.
Zakat
maal (harta)
Zakat kekayaan yang harus dikeluarkan dalam jangka satu tahun
sekali yang sudah memenuhi nishab. Mencakup hasil ternak, emas & perak,
pertanian (makanan pokok), harta perniagaan, pertambangan, hasil kerja
(profesi), harta temuan,. Masing-masing jenis memiliki perhitungannya
sendiri-sendiri.
D.
Benda
yang wajib dizakati
1.
Binatang
ternak
Jenis binatang yang wajib dikeluarkan zakatnya hanya unta, sapi, kerbau, dan kambing. Dasar wajib mengeluarkan zakat binatang ternak ialah:
Diberitahukan oleh Bukhari dan muslim dari Abi Dzar, bahwasanya Nabi Saw, bersabda sebagai berikut:
Diberitahukan oleh Bukhari dan muslim dari Abi Dzar, bahwasanya Nabi Saw, bersabda sebagai berikut:
”Seorang laki-laki yang mempunyai unta,sapi, atau kambing yang
tidak mengeluarkan zakatnya maka binatang –bnatang itu nanti pada hari Kiamat
akan datang dengan keadaan yang lebih besar dan gemuk dan lebih besar dari pada
didunia, lalu hewan –hewan itu menginjak-nginjak pemilik dengan kaki- kakinya.
Setiap selesai mengerjakan yang demikian, bintang- binatang itu kembali
mengulangi pekerjaan itu sebagaimana semula, dan demikianlah terus menerus
sehingga sampai selesai Allah menghukum para manusia. ” ( HR: Bukhari )
Syarat bagi pemilik binatang yang wajib zakat
tersebut adalah:
a. Islam
b. Merdeka. Seorang hamba tidak wajib
berzakat.
c. Milik yang sempurna. Sesuatu yang
belum sempurna dimiliki tidak wajib dikeluarkan zakatnya.
d. Cukup satu nisab
e. Sampai 1 tahun lamanya dipunyai
f. Digembalakan di rumput yang mubah.
Binatang yang diumpan (diambilkan makananya) tidak wajib dizakati.
·
Seseorang yang memiliki 5 ekor unta ke atas wajib
mengeluarkan zakatnya dengan aturan sebagai berikut.
1. 5-9 ekor unta zakatnya 1 ekor kambing
2. 10-14 ekor unta zakatnya 2 ekor kambing
3. 15-19 ekor unta zakatnya 3 ekor kambing
4. 20-24 ekor unta zakatnya 4 ekor kambing
5. 25-35 ekor unta zakatnya 1 ekor unta berumur 1-2 tahun
6. 36-45 ekor unta zakatnya 1 ekor unta berumur 2-3 tahun
7. 46-60 ekor unta zakatnya 1 ekor unta berumur 3-4 tahun
8. 61-75 ekor unta zakatnya 1 ekor unta berumur 4-5 tahun
9. 76-90 ekor unta zakatnya 2 ekor unta berumur 2-3 tahun
10. 91-120 ekor unta zakatnya 2 ekor unta berumur 2-3 tahun
11. 121 ekor unta zakatnya 3 ekor unta berumur 2-3 tahun
1. 5-9 ekor unta zakatnya 1 ekor kambing
2. 10-14 ekor unta zakatnya 2 ekor kambing
3. 15-19 ekor unta zakatnya 3 ekor kambing
4. 20-24 ekor unta zakatnya 4 ekor kambing
5. 25-35 ekor unta zakatnya 1 ekor unta berumur 1-2 tahun
6. 36-45 ekor unta zakatnya 1 ekor unta berumur 2-3 tahun
7. 46-60 ekor unta zakatnya 1 ekor unta berumur 3-4 tahun
8. 61-75 ekor unta zakatnya 1 ekor unta berumur 4-5 tahun
9. 76-90 ekor unta zakatnya 2 ekor unta berumur 2-3 tahun
10. 91-120 ekor unta zakatnya 2 ekor unta berumur 2-3 tahun
11. 121 ekor unta zakatnya 3 ekor unta berumur 2-3 tahun
Kemudian
untuk tiap tiap 40 ekor unta zakatnya 1 ekor unta yang berumur 2-3 tahun dan
untuk tiap tiap 50 ekor zakatnya 1 ekor unta berumur 3-4 tahun.
·
Nishab dan zakat sapi atau kerbau
Nishab zakat sapi atau kerbau ialah
mulai dari 30 ekor ke atas dengan rincian sebagai berikut:
1. 30-39 ekor sapi atau kerbau zakatnya 1 ekor anak sapi atau kerbau yang berumur 1- 2 tahun.
1. 30-39 ekor sapi atau kerbau zakatnya 1 ekor anak sapi atau kerbau yang berumur 1- 2 tahun.
2. 40-59 ekor sapi atau kerbau
zakatnya 1 ekor anak sapi atau kerbau betina yang berumur 2-3 tahun.
3. Untuk selajutnya tiap-tiap 40
ekor sapi atau kerbau zakatnya seekor anak sapi atau kerbau betina yang berumur
2-3 tahun
·
Nishab dan zakat kambing
Nishab kambing ialah mulai dari 40
ekor kambing dan zakatnya adalah 1 ekor kambing berumur 2-3 tahun. Selanjutnya
diatur sebagai berikut;
a. 40-120 ekor kambing zakatnya 1 ekor kambing berumur 2-3 tahun
b. 121-200 ekor kambing zakatnya 2
ekor kambing berumur 2-3 tahun
c.
201-300 ekor kambing zakatnya 3
ekor kambing berumur 2-3 tahun
d. 301-400 ekor kambing zakatnya 4
ekor kambing berumur 2-3 tahun
e. Untuk selanjutnya setiap
bertambah 100 ekor kambing, zakatnya 1 ekor kambing.
2. Emas dan Perak
Nishab emas adalah mitsqal atau sama
dengan 93,4 gram, zakatnya 2,5%. Adapun perak nishabnya adalah 200 dirham atau
setara dengan 624 gram, zaktanya 2,5%. Jika emas atau perak telah mencapai atau
melebihi dari ukuran nishab dan haul (satu tahun), berkewajibanlah bagi
pemiliknya untuk mengeluarkan zakat. Demikian juga jika kepemilikan benda itu
berlebih, pemiliknya harus memperhitungkan berapa yang harus dibayarkan.
Misalnya, jumlah emas sebanyak 100 gram, maka perhitungannya adalah 2,5%
dikalikan dengan 100 gram= 2,5 gram. Jadi, zakatnya bukanlah potongan atau
bagian dari emas tersebut, melainkan nilai uang yang setara dengan jumlah emas
yang harus dikeluarkan. Zakat
emas dan perak wajib dikeluarkan zakatnya berdasarkan firman Allah:
وَالَّذِينَ
يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا
جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ
فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُونَ
“Dan orang-orang yang menyimpan emas
dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah maka beritahukanlah kepada
mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih pada hari dipanaskan emas
dan perak itu dalam neraka jahanam lalu dibakar dengannya dahi, lambung dan
punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu
simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang akibat dari apa yang kamu
simpan itu”.” (At-Taubah: 34-35)
Syarat- syarat wajib zakat emas dan perak sebagai berikut:
a.
Milik
orang Islam
b.
Yang
memiliki adalah orang yang merdeka
c.
Milik
penuh( dimiliki dan menjadi hak penuh )
d.
Sampai
nishabnya
e.
Sampai
satu tahun disimpan
·
Nisab
dan zakat emas
Nishab emas bersih adalah 20 dinar (mitsqal) = 12,5 pound sterling
(96 gram ) zakatnya 2,5% atau seperempat puluhnya. Jadi seorang Islam yang
memiliki 96 gram atau lebih dari emas yang bersih dan telah cukup setahun
dimilikinya maka wajiblah ia mengeluarkan zakatnya 2,5% atau seperempat
puluhnya. Seperti yang tercantum dalam hadits:
Dari Ali r.a ia berkata : Rasulullah Saw bersabda : Apabila kamu
punya 200 dirham (perak) dan telah lewat satu tahun, (maka wajib dikelurkan
zakatnya) dari padanya 5 dirham ; hingga tidak ada sesuatu kewajiban zakat
bagimu pada sesuatu (emas) sehingga kamu mempunyai 20 dinar dan telah lewat
satu tahun, maka zakatnya 0,5 dinar. Dan pada yang lebih zakatnya menurut
perhitungannya dan pada harta-harta ( emas dan perak) tidak ada hak
zakat,kecuali apabila sudah lewat satu tahun.” HR Abu dawud.
·
Nishab
dan zakat perak
Nishab perak bersih 200 dirham ( sama dengan 672 gram), zakatnya
2,5 % apabila telah dimiliki cukup satu tahun . Emas dan perak yang dipakai
untuk perhiasan oleh orang perempuan dan tidak berlebih- lebihan dan bukan
simpanan, tidak wajib dikelurkan. zakatnya. Beberapa pendapat tentang emas yang
telah dijadikan perhiasan pakaian: Pendapat imam Abu Hanifah : berpendapat
bahwa emas dan perak yang telah dijadikan perhiasan dikeluarkan zakatnya pula.
Pendapat imam Malik : Jika perhiasan itu kepunyaan perempuan untuk
dipakai sendiri atau disewakan, atau kepunyaan lelaki untuk dipakai isterinya, maka
tidak wajib dikeluarkan zakatnya. Tetapi jika seorang lelaki memilkinya untuk
disimpan atau untuk perbekalan dimana perlu, maka wajiblah dikeluarkan zakatnya
3.
Makanan
hasil bumi
Hasil bumi yang wajib dikeluarkan zakatnya yaitu yang dapat
dijadikan makanan pokok seperti: padi, jagung, gandum, dan sebagainya.
Sedangkan buah- buahan yang wajib dikeluarkan zakatnya ialah: anggur, dan
kurma. Buah-buahan yang wajib dikeluarkan zakatnya sebagaimana sabda Rasulullah
Saw sebagai berikut:
” Tidak ada sedekah (zakat ) pada biji dan kurma kecuali apabila
mencapai lima wasaq( 700kg) . H.R Muslim
QS (6: 141) (Dan Dialah yang
menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma,
tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk
dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang
bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik
hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan).
Syarat-syarat wajib mengeluarkan
zakat hasi bumi sebagai berikut:
1.
Pemiliknya
orang Islam
2.
Pemiliknya
orang Islam yang merdeka
3.
Milik
sendiri
4.
Sampai
nisabnya
5.
Makanan
itu ditanam oleh manusia
6.
Makanan
itu mengenyangkan dan tahan lama disimpan lama
Tidak disyaratkan setahun memilki, tetapi wajib dikeluarkan zakatnya pada tiap-tiap menuai/panen.
·
Nishab
dan zakat hasil bumi
Nishab zakat hasil bumi ini sesuai dengan sabda nabi:
”Dari Abdullah r.a. nabi Saw bersabda : ”Tanam-tanaman yang diairi dengan air hujan, mata air atau yang tumbuh dirawa-rawa, zakatnya sepersepuluh (1/10) dan yang diairi dengan tenaga pengangkutan zakatnya seperduapuluh (1/20).”
”Dari Abdullah r.a. nabi Saw bersabda : ”Tanam-tanaman yang diairi dengan air hujan, mata air atau yang tumbuh dirawa-rawa, zakatnya sepersepuluh (1/10) dan yang diairi dengan tenaga pengangkutan zakatnya seperduapuluh (1/20).”
( HR.Bukhari)
Nishab hasil
bumi yang sudah dibersihkan ialah 5 wasaq yaitu kira- kira 700 kg, sedang yang
masih berkulit nishabnya 10 wasaq= 1400 kg Zakatnya 10% (sepersepuluh ) jika
diairi dengan air hujan, air sungai, siraman air yang tidak dengan pembelian
(perongkosan ). Jika diari dengan air yanng diperoleh dengan pembelian maka
zakatnya 5% (seperdua puluh ).
Semua hasil bumi yang sudah masuk, wajib dikeluarkan zakatnya,
termasuk yang dikeluarkan untuk ongkos menuai dan angkutan.
Buah
buahan seperti kurma, biji-bijian yang mengeyangkan seperti beras, gandum, dan
yang semisal wajib dikeluarkan zakatnya jika telah mencukupi nishabnya. Zakat
buah-buahan dan biji bijian tidak perlu haul (satu tahun), tetapi dikeluarkan
pada waktu panen. Adapun Nishab dari hasil pertanian ini adalah sebanyak lima
wasaq. 1 wasaq= 60 sha`, sehingga 5 wasaq= 300 sha`. 1 sha`= 2.304 kg, sehingga
300 sha`= 691,2 kg= 91 kg 200 gram. Adapun besarnya sakat yang dikeluarkan
ialah berkisar antara 5 s.d 10 % jika, hasil pertaniannya menggunakan air hujan
atau air sungai besar zakatnya ialah 10% dan jika produk menyangkut biaya
transportasi, mesin pompa air, maka wajib dizakatkan 5%.
4. Hasil tambang
Hasil tambang berupa emas dan perak
apabila telah sampai memenuhi nishab sebagaimana nishab emas dan perak, maka
harus dikeluarkan zakatnya seketika itu juga, tidak perlu menuggu satu tahun.
Zakat yang wajib dikeluarkan ialah 2,5%. .Barang rikaz itu umumnya berupa emas dan perak atau benda logam
lainnya yang berharga.
Syarat-syaratnya mengeluarkan zakat rikaz:
a.
Orang
Islam
b.
Orang
merdeka
c.
Milik
Sendiri
d.
Sampai
nishabnya
Tidak perlu
persyaratan harus dimilki selama 1 tahun. Nishab zakat barang tambang dan
barang temuan, dengan nishab emas dan perak yakni 20 mitsqa l=96 gram untuk
emas dan 200 dirham (672 gram ) untuk perak. Zakatnya masing-masin 2,5%.
5.
Harta
perniagaan
Barang (harta) perniagaan wajib dikeluarkan zakatnya mengingat
firman Allah :
”Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya”(QS Al- Baqarah : 267).
”Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya”(QS Al- Baqarah : 267).
Dan sabda Rasulullah: “Dari samurah : “Rasululah Saw, memerintahkan
kepada kami agar mengeluarkan zakat dari barang yang disediakan untuk di jual
.” ( HR. Daruquthni dan Abu Dawud)
Syarat wajibnya zakat perniagaan ialah:
a.
Yang
memiilki orang Islam
b.
Milik
orang yang merdeka
c.
Milik
penuh
d.
Sampai
nishabnya
e.
Genap
setahun
Setiap tahun
pedagang harus membuat neraca atau perhitungan harta benda dagangan. Tahun perniagaan
di hitung dari mulai berniaga. Yang dihitung bukan hanya labanya saja tetapi
seluruh barang yang diperdagangkan itu apabila sudah cukup nishab, maka
wajiblah dikeluarkan zakatnya seperti zakat emas yaitu 2,5 %.
Harta dagangan yang mencapai jumlah seharga 96 gram emas, wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak 2,5% . Kalau sekiranya harga emas 1gram Rp 100, maka barang dagangan yang seharga 96x RP 100 = RP.9600, wajib dikeluarkan zakatnya 2,5% = RP 240.
Harta dagangan yang mencapai jumlah seharga 96 gram emas, wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak 2,5% . Kalau sekiranya harga emas 1gram Rp 100, maka barang dagangan yang seharga 96x RP 100 = RP.9600, wajib dikeluarkan zakatnya 2,5% = RP 240.
Harta benda
perdagangan perseroan, Firma, CV atau perkongsian dan sebagainya, tegasnya
harta benda yang dimilki oleh beberapa orang dan menjadi satu maka hukumnya
sebagai suatu perniagaan.
Kewajiban zakat ini juga mencakup
barang-barang yang dipersiapkan untuk dijual seperti tanah, bangunan, mobil,
alat-alat penampung air maupun barang-barang dagangan lainnya. Adapun bangunan
yang disewakan maka kewajiban zakat ada pada uang sewanya (jika mencapai
nishob) dan telah lewat setahun dalam kepemilikan. Demikian pula mobil pribadi
maupun mobil yang disewakan tidak ada kewajiban zakat atasnya karena tidak
dipersiapkan untuk dijual tetapi untuk digunakan. Akan tetapi jika uang hasil
disewakannya mobil tersebut atau uang apapun yang telah mencapai nishob dan
telah lewat setahun dalam kepemilikan seseorang maka wajib untuk dikeluarkan
zakatnya, baik uang tersebut dipersiapkan untuk nafkah, atau untuk menikah,
atau untuk dibelikan perabot rumah, atau untuk dibayarkan hutang maupun untuk
selainnya.
Ø Nisab
Nishab adalah ukuran atau batas terendah yang telah ditetapkan oleh
syar’i (agama) untuk menjadi pedoman menentukan kewajiban mengeluarkan zakat
bagi yang memilikinya, jika telah sampai ukuran tersebut. Orang yang memiliki
harta dan telah mencapai nishab atau lebih, diwajibkan mengeluarkan zakat.
Ø Syarat-syarat nishab
adalah sebagai berikut:
1.
Harta
tersebut di luar kebutuhan yang harus dipenuhi seseorang, seperti makanan,
pakaian, tempat tinggal, kendaraan, dan alat yang dipergunakan untuk mata
pencaharian.
2.
Harta
yang akan dizakati telah berjalan selama satu tahun (haul) terhitung dari hari
kepemilikan nishab dengan dalil hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Tidak
ada zakat atas harta, kecuali yang telah melampaui satu haul (satu tahun).”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh al AlBani) Dikecualikan dari
hal ini, yaitu zakat pertanian dan buah-buahan. Karena zakat pertanian dan
buah-buahan diambil ketika panen. Demikian juga zakat harta karun (rikaz) yang
diambil ketika menemukannya.
Misalnya,
jika seorang muslim memiliki 35 ekor kambing, maka ia tidak diwajibkan zakat
karena nishab bagi kambing itu 40 ekor. Kemudian jika kambing-kambing tersebut
berkembang biak sehingga mencapai 40 ekor, maka kita mulai menghitung satu
tahun setelah sempurna nishab tersebut.
Ø Cara Menghitung Nishab
Dalam menghitung nishab terjadi perbedaan pendapat. Yaitu pada
masalah, apakah yang dilihat nishab selama setahun ataukah hanya dilihat pada
awal dan akhir tahun saja?
Imam Nawawi
berkata, “Menurut mazhab kami (Syafi’i), mazhab Malik, Ahmad, dan jumhur,
adalah disyaratkan pada harta yang wajib dikeluarkan zakatnya – dan (dalam
mengeluarkan zakatnya) berpedoman pada hitungan haul, seperti: emas, perak, dan
binatang ternak- keberadaan nishab pada semua haul (selama setahun). Sehingga,
kalau nishab tersebut berkurang pada satu ketika dari haul, maka terputuslah hitungan
haul. Dan kalau sempurna lagi setelah itu, maka dimulai perhitungannya lagi,
ketika sempurna nishab tersebut.” (Dinukil dari Sayyid Sabiq dari ucapannya
dalam Fiqh as-Sunnah 1/468). Inilah pendapat yang rajih (paling kuat
-ed) insya Allah. Misalnya nishab tercapai pada bulan Muharram 1423 H, lalu
bulan Rajab pada tahun itu ternyata hartanya berkurang dari nishabnya. Maka
terhapuslah perhitungan nishabnya. Kemudian pada bulan Ramadhan (pada tahun itu
juga) hartanya bertambah hingga mencapai nishab, maka dimulai lagi perhitungan
pertama dari bulan Ramadhan tersebut. Demikian seterusnya sampai mencapai satu
tahun sempurna, lalu dikeluarkannya zakatnya. Demikian tulisan singkat ini,
mudah-mudahan bermanfaat.
E.
Orang-orang
yang Berhak Menerima Zakat
Orang-orang yang berhak menerima zakat hanya mereka yang telah
ditentukan Allah swt. Dalam Al-Qur’an. Mereka itu terdiri atas delapan
golongan. Allah
Ta’ala telah menjelaskan dalam kitab-Nya yang mulia tentang golongan-golongan
penerima zakat dalam firman-Nya:
إِنَّمَا
الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا
وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ
اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
“Sesungguhnya zakat-zakat itu
hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat,
para mu’allaf yang dibujuk hatinya, budak (yang mau memerdekakan diri),
orang-orang yang berhutang, orang yang sedang di jalan Allah dan musafir,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana.” (At-Taubah: 60)
·
Yang
berhak menerima zakat
1.
Fakir yaitu orang yaang tidak mempunyai harta atau usaha yang dapat
menjamin 50% kebutuhan hidupnya untuk sehari-hari
2.
Miskin yaitu orang yang mempunyai harta dan usaha yang dapat
menghasilkanlebih dari 50% untuk kebutuhan hidupnya tetapi tidak mencukupi
3.
’Amil yaitu panitia zakat yang dapat dipercayakan untukmengumpulkan dan membagi-bagikannya kepada yang berhak
menerimanya sesuai dengan hukum Islam
4.
Muallaf yaitu orang yang baru masuk Islam dan belum kuat imannya dan
jiwanya perlu dibina agar bertambah kuat imannya supaya dapat meneruskan
imannya
5.
Hamba
sahaya yaitu yang
mempunyai perjanjian akan dimerdekakan oleh tuan nya dengan jalan menebus
dirinya
6.
Gharimin yaitu orang yang berhutang untuk sesuatu kepentingan yanng bukan
maksiat dan ia tidak sanggup untuk melunasinya
7.
Sabilillah yaitu orang yang berjuang dengan suka rela untuk menegakkan agama
Allah
8.
Musafir yaitu orang yang kekurangan perbekalan dalam perjalanan dengan
maksud baik, seperti menuntut ilmu, menyiarkan agama dan sebagainya.
·
Yang
tidak berhak menerima zakat :
1.
Orang
kaya. Rasulullah bersabda, "Tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi
orang yang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga." (HR Bukhari).
2.
Hamba
sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya.
3.
Keturunan
Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal bagi kami
(ahlul bait) mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim).
4.
Orang
yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri.
5.
Orang
kafir.
F.
Beberapa Faedah Zakat
·
Faedah Diniyah (segi agama)
- Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari Rukun Islam yang mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.
- Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-nya, akan menambah keimanan karena keberadaannya yang memuat beberapa macam ketaatan.
- Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana firman Allah, yang artinya: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah” (QS: Al Baqarah: 276). Dalam sebuah hadits yang muttafaq “alaih Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam” juga menjelaskan bahwa sedekah dari harta yang baik akan ditumbuhkan kembangkan oleh Allah berlipat ganda.
- Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan Rasulullah Muhammad SAW.
·
Faedah Khuluqiyah (Segi Akhlak)
- Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi pembayar zakat.
- Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut kepada saudaranya yang tidak punya.
- Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan jiwa. Sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat pengorbanannya.
- Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.
·
Faedah Ijtimaiyyah (Segi Sosial Kemasyarakatan)
- Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia.
- Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah.
- Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang ada dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat mereka yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin.
- Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya akan melimpah.
- Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak yang mengambil manfaat.
Hikmah Zakat
Hikmah dari zakat antara lain:
- Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang miskin.
- Pilar amal jama’i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da’i yang berjuang dan berda’wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.
- Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
- Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
- Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
- Untuk pengembangan potensi ummat
- Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
- Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.
- Mendidik jiwa manusia suka berkorban dan membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir dan bakhil
- Zakat memberi arti bahwa manusia itu bukan hidup untuk dirinya sendiri;sifat mementingkan diri sendiri harus disingkirkan dari masyarakat Islam
- Seorang muslim harus mempunyai sifat-sifat baik dalam hidup perseorangan yaitu murah hati,penderma, dan penyayang
- Zakat dapat menjaga timbulnya rasa dengki, iri hati, dan menghilangkan jurang pemisah antara si miskin dan si kaya
- Zakat bersifat sosialistis karena meringankan beban fakir miskin dan meratakan nikmat Allah yang diberikan kepada manusia
G.
PRAKTEK ZAKAT DI INDONESIA
Masyarakat di Indonesia biasanya menyalurkan zakat biasa lewat panitia
zakat di masjid-masjid ataupun juga melaui lembaga-lembaga zakat nasional dan
swasta yang telah ditunjuk pemerintah. Dalam penyaluran zakat di Indonesia
sepertinya sudah tersalur dengan baik, masyarakat yang berhak menerimanya pun
telah menerima atau bisa dibilang tepat sasaran.
Contoh dari lembaga-lembaga zakat di Indonesia
ialah seperti ;
·
Dompet Dhuafa Republika
·
Rumah Zakat
·
Bina Insan Prestasi
·
Portal Infaq
·
Baitul Maal Hidayatullah
·
Baitulmaal Muamalat
·
Pos Keadilan Peduli Umat
·
Dan lain-lain.
Permasalan Zakat di Indonesia
Persoalan Zakat adalah sesuatu yang
tidak pernah habis dibicarakan, wacana tersebut terus bergulir mengikuti
peradaban Islam. Di Indonesia Persoalan yang muncul atas zakat sekarang : Pertama,
Peran zakat sebagai salah satu rukun Islam yang harus ditunaikan oleh umat
Islam yang mampu (muzakki) hanya menjadi kesadaran personal. Membayar
zakat merupakan kebajikan individual dan sangat sufistik sehingga lebih
mementingkan dimensi keakhiratan. Semestinya zakat adalah menjadi sebuah
gerakan kesadaran kolektif, taruhlah kita bisa canangkan gerakan sadar zakat,
seperti yang pernah dicanangkn oleh Presiden Megawati pada tanggal 2 Desember
2001 di Masjid Istiqlal pada acara peringatan Nuzulul Qur’an, sehingga
zakat menjadi tulang punggung perekonomian umat. Karena, Zakat bukan hanya
sekedar kewajiban yang mengandung nilai teologis, tetapi juga kewajiban
finansial yang mengandung nilai sosial yang tinggi. Persoalan ini, tidak lepas
juga dari pamahaman umat (yang wajib zakat) terhadap makna subsansi zakat.
Zakat hanya sebagai suatu kewajiban agama (teologis) untuk membersihkan harta
milik dari kekotoran. 1 Pemahaman masyarakat seperti itu tentang zakat, akhirnya
zakat di berikan tanpa melihat sisi kemanfaatan ke depan bagi yang berhak
menerimanya (Mustahiq). Tanpa melihat, bahwa Zakat memainkan peran
penting dan signifikan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan serta
berpengaruh nyata pada tingkah laku konsumen. Dengan zakat distibusi lancar dan
kekayaan tidak melingkar di sekitar golongan elit (konglomerat). Namun
akhir-akhir ini kesadaran di kalangan umat Islam menengah atas lainnya makin
membaik. Selain membayar pajak mereka juga membayar zakat. Kedua, meningkatnya
kesadaran umat Islam dalam membayar zakat tidak disertai dengan pengumpulan dan
penyaluran yang terencana secara komprehensif. Bagaimana zakat yang punya peran
sangat penting dalam menentukan ekonomi umat bisa dapat terkelola dengan baik
dan professional-produktif. Pengelolaan yang tidak baik dan profesional
menjadikan zakat tidak produktif dalam ikut andil mengembangkan ekonomi umat.
Kita dulu punya BAZIS (Badan Amil Zakat dan Shodaqah) yang semi-pemerintah,
sekarang kita punya Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang
dibina oleh pemerintah atas keinginan masyarakat. Hanya saja, system
kelembagaan zakat tidak sama dengan lembaga pajak yang sudah dinilai kuat,
tampaknya BAZIS/ BAZ/ LAZ masih terkesan lemah dan tidak mudah menetapkan
target. Ditambah lagi dengan persoalan amanah yang kurang dimiliki oleh
penyelenggara zakat. Sebenarnya, ada tiga kata kunci yang harus dipegang oleh
organisasi pengelola zakat agar menjadi good organization governance, yaitu
Amanah, Professional dan Transparan. Ketiga, sisi pendukung Legal-formal
kita kurang proaktif dalam melihat potensi zakat yang sekaligus sebagai
aplikasi dari ketaatan kepada agama bagi umat Islam. Seperti yang disampaikan
Pimpinan DSUQ Bandung bahwa potensi zakat secara finansial dalam setahun di
Indonesia bisa terkumpul mencapai 2 trilliun rupiah. Jumlah itu baru yang bisa
di hitung dari jumlah orang kaya (muzakki) yang terdeteksi. Tapi
kenyataannya, pengumpulan zakat, masih dibawah standar rasio rata-rata jumlah
umat Islam yang kena kewajiban zakat (muzakki). Semestinya sebagai
negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, negara proaktif dalam
menyikapi kebutuhan umat, dimana ajaran Islam yang asasi seperti zakat menjadi
tulang punggung perekonomian umat dengan melahirkan Undang-undang zakat dari
sejak kemerdekaan.
Lahirnya Undang-undang No. 38
Tahun 1999 tentang pengelolaan Zakat yang disahkan pada tanggal 23 September
1999, walau tidak ada kata terlambat, tidak begitu banyak memberikan angin
segar kepada umat Islam dalam mewujudkan suatu tatanan perekonomian yang kuat.
Tetapi kita masih bisa bersyukur, dengan lahirnya Undang-undang tersebut, walau
terjadi tarik menarik kepentingan (penguasa dan rakyat) dalam lahirnya
Undang-undang tersebut. Ditambah lagi dengan adanya perubahan atas
Undang-undang PPh No. 17 Tahun 2000 yang disahkan tanggal 2 Agustus 2000 dimana
zakat menjadi pengurang pembayaran pajak.penghasilan. Kedua undang-undang
tersebut memberikan jaminan kepada umat Islam bahwa zakat akan terkelola dengan
baik, walau tidak sedikit kekhawatiran bahwa undang-undang itu hanya sebuah
gerakan yang setengah hati yang hanya membesarkan hati umat Islam dan akan
berhenti di tengah jalan.
Kekhawatiran itu tenyata terbukti dengan
adanya stagnanisasi dalam usaha sosialisasi dan realisasi kedua undang-undang
tersebut. Terjadinya banyak kendala dalam sosialisasi, realisasi dan tekhnis
menjadi faktor yang sangat dominan dalam terjadinya stagnan undang-undang
tersebut. Kenapa hal ini bisa terjadi ? kita mungkin melihat dengan kaca mata
sinis terhadap pemerintah dalam menerapkan konsep zakat, dengan mengatakan,
bahwa Undang-undang zakat yang ada hanya sebagai gerakan setengah hati. Atau
kita bisa melihat dengan beragam kelemahan yang ada pada Undang-undang No.
38/99 tentang Pengelolaan Zakat dan UU No. 7/83 Jo.UU No.10/94 Jo.UU No.
17/2000 tentang Pajak Penghasilan sebagai pengurang pembayaran pajak apabila
sudah membayar zakat bagi umat Islam, seperti yang disampaikan Hadi Muhammad
dalam sebuah makalahnya atas kelemahan Undang-undang tersebut,
mengatakan : “metode Prepaid Tax lebih baik ketimbang metode Deductible
Expenses yang digunakan dalam UU No. 38/99, karena sebetulnya hanya
merupakan usaha excuse dari aparat ditjen pajak untuk menunjukkan
toleransi birokrasi terhadap ketentuan berzakat umat Islam.”
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Zakat adalah jumlah harta tertentu
yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada
golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut
ketentuan yang telah ditetapkan oleh syara. Zakat itu ada dua macam yaitu zakat
mal dan zakat fithrah. Harta benda yang wajib dikeluarkan zakatnya yaitu :
1.
Emas
dan perak Harta perniagaan
2.
Binatang
ternak seperti unta, lembu (kerbau ), kambing, sapi.
3.
Buah-buahan
dan biji- bijian yang dapat dijadikan makanan pokok
4.
Barang
tambang dan barang temuan
Banyak Faedah dan Hikmah dari
berzakat. Zakat dapat meningkatkan toleransi, solidaritas antar sesama manusia
dan menyeimbangkan antara Hablumminallah dan Hablumminannas.
Demikian makalah tentang zakat yang
saya susun, semoga dapat bermanfaat bagi masyarakat, mahasiswa, dan pembaca
(khususnya). Kritik dan saran saya harapkan demi perbaikan pembuatan makalah
berikutnya.
1.2 Saran
Penyusun
makalah ini manusia biasa banyak kelemahan dan kekhilafan. Maka dari itu
penyusun menyarankan pada pembaca yang ingin mendalami masalah zakat, setelah
membaca makalah ini membaca sumber lain yang lebih lengkap. Dan marilah kita
realisasikan zakat dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan kewajiban umat
muslim dengan penuh rasa ikhlas.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Rasyid,
Sulaiman, FIQH, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2010. http://www.islamnyamuslim.com/2013/03/harta-yang-wajib-dizakati.html
4.
http://www.portalinfaq.org/g02x01_article_view.php?article_key=panduanzakat03
Di akses tanggal 13 juni 2013 pukul 19.00 wib
Tulisan ini diambil dari blog :
http://listarahayu1993.blogspot.co.id/2013/07/makalah-fiqih-tentang-zakat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar