Sabtu, 25 Juni 2016

GURU ADALAH MODEL BAGI SISWA

Judul itulah yang menjadi alasan saya mengapa tanggung jawab menjadi guru ini sangat berat sekali, karena memang tidak mudah menjadi guru. Tidak semudah itu, kalau pemikiran kita masih saja begitu, guru tidak akan berharga dan dihargai lagi.Paradigma lama tentang guru asal, asal hadir, asal di kelas, asal ceramah, patut di ubah.

Guru, mau tidak mau disebut profesi. Karena guru dituntut memiliki keterampilan (skill) dalam mengajar, menyusun administrasi, mengelola kelas, dan lain sebagainya. Maka disebutlah guru sebagai pekerja. Memang jika dilihat, guru itu bukan sekedar pekerja biasa, ada tantangan dan tanggung jawab moral yang dipikul oleh seorang guru.

Guru adalah seorang model. Betul juga jika pepatah berbunyi “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Inilah tantangannya seorang guru. Bagaimana guru itu menjadi uswatun hasanah. Memang di dalam Qur’an disebutkan dalam QS. Al-Ahzab ayat 21 “Sungguh ada pada diri Rasulullah saw. itu suri teladan yang baik” adalah ditujukan untuk memuji Rasulullah. tetapi jika dikaitkan dengan konteks figur, maka betapa pentingnya sosok atau tokoh yang di teladani nya. Orang islam, otomatis mengidolakan sosok Rasulullah karena dibuktikan dengan perilaku beliau yang luhur. Begitupun siswa, akan mengidolakan atau mematuhi guru, jika memang guru itu pantas dan layak untuk ditiru. Itulah yang dimaksud guru sebagai model.

Yang kemudian terlintas di benak kita sekarang adalah saat ini kebanyakan guru tidak bisa menjadi model. Kita tidak bisa menafikan, bahwa guru era sekarang sudah kebablasan dalam mendidik. Bukan saja kebablasan dalam sikap, tapi juga kebablasan dalam berbicara. Kita bisa lihat sekarang, banyak guru bergaya orang kaya, padahal kekayaan tidak boleh ditampakan pada murid, kenapa ? karena akan membiasakan pada mind set murid nya bahwa mereka harus menjadi kaya seperti guru nya, akhirnya memiliki sifat materialistis. Belum lagi dalam bertutur kata, antar guru sudah tidak lagi ada rasa menghormati dalam berbicara. Seorang guru memanggil rekannya dengan sebutan “loe-gue”, itu sah saja, tetapi jika disampaikan di sekolah ini menjadi sangat tidak sopan. Mengapa ? karena sekolah adalah tempat ilmu, dan guru adalah penyampai nya, apalagi jika didengar oleh siswa dan orangtua murid, ini yang kemudian akan membuat siswa berkata “Oh, guru gue ternyata begitu. Di kelas gue ngomong begitu diomelin, ah munafik”. Begitu mungkin yang akan terlintas di benak mereka ketika mendengar guru nya berkata kasar (red-tidak sopan)

Guru memang bukan juga malaikat yang tidak pernah berbuat salah dan khilaf. Karena sudah menjadi sifat dan qodrat manusia. Tidak dinamakan manusia, jika tidak pernah berbuat salah, kecuali Rasulullah saw. yang telah di maksum oleh Allah. Dalam hadits, “Manusia itu tidak lepas dari salah dan lupa”. Dalam memaknai hadits ini pula jangan untuk membela diri, ketika seorang guru di nasehati oleh orang lain karena sikapnya, guru yang picik menggunakan hadits ini untuk membela diri. Guru memang tidak mungkin tidak pernah salah, tetapi kalau sudah di kritik masih saja salah dengan dalih “sifat manusia”, maka menurut saya dia telah mati rasa. Karena kritik bagi seorang guru sangat penting sekali, jika guru tidak diberikan kritik secara berkala, maka ketika guru itu telah memuncak kesalahannya tidak berlaku lagi sebuah teguran. Jika guru sering di tegur, maka akan terbiasa untuk jalan pada tempatnya. Siapa yang menegur ? semua nya boleh. Kepala Sekolah, Wali Murid, bahkan ketika siswa meng-kritik maka wajib bagi guru untuk menerima kritikan itu, karena merekalah yang mengamati kita sebagai guru.

Guru adalah pemimpin, pemimpin bagi siswa-siswanya, bagaimana tanggung jawab seorang guru dalam menghantarkan siswanya pada jalan Allah. Semuanya akan dimintakan pertanggung jawaban oleh Allah swt. “Setiap Kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintakan pertanggung jawabannya oleh Allah swt” (Hadits)

Jadi, guru itu bukan saja orang yang pandai mengelola kelas, mentransfer ilmu. Kalau tugas guru begitu saja, mungkin nanti akan diciptakan guru robot, hingga moral peserta didiknya tidak diperhatikan. Akhirnya, semoga para guru di Republik ini pandai menjadi model untuk siswa nya. Guru apapun kita, mengajarkan moral adalah tanggung jawab kita bersama. Satu, dua orang meninggal karena dokter melakukan mal praktik, tetapi jika seorang guru salah dalam menyampaikan norma dan moral maka satu generasi akan rusak.
Wallahul muwaafiq ilaa aqwamith thoriiq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar