Baru-baru ini, tepatnya pada minggu lalu. Publik dikejutkan oleh berbagai isu ramadhan yang berisi konten berkedok toleransi. Dimulai dari pernyataan khusus Menteri Agama Lukman Hakim tentang harus menghormati yang tidak berpuasa, yang disusul dengan kejadian dihancurkannya warteg di Serang yang buka pada siang hari oleh Satpol PP. Tentunya ini yang kemudian mengundang polemik dikalangan umat Islam. Seakan-akan ramadhan kali ini, benar-benar umat Islam di uji kesabarannya oleh Allah. Kenapa begitu, mari kita analisis satu demi satu.
Pertama, tentang ucapan Menteri Agama untuk menghormati orang yang tidak berpuasa. Sepintas memang tidak ada yang salah dengan ucapan tersebut, tetapi jika kita perhatikan maknanya ini ada masalah.
Toleransi dalam islam (tasammuh) memang dianjurkan bahkan diperintahkan oleh syari’at. Tetapi konteks nya haruslah disesuaikan. Karena memang perintah Nabi saw., “Agama yang paling dicintai Allah, adalah yang lurus dan toleran”. Bukan berarti semua kasus kita sama-ratakan. Misalnya kasus ini, tidak benar jika kita harus menghormati orang yang tidak berpuasa. Itu sama saja dengan kita menyuruh atau membuka wadah bagi saudara kita yang enggan berpuasa. Karena makna orang yang tidak berpuasa, itu luas sekali. Bukan cuma non-muslim, atau orang yang tidak dikenakan wajib puasa (misalnya anak kecil, sakit, haid, atau musafir), tetapi semuanya yang malas berpuasaa juga akan mendapatkan ruang toleransi itu. Seharusnya, bijaklah dalam memberikan pernyataan yang dijadikan hujjah oleh masyarakat. Tanpa di beri tahu-pun, kita akan tahu bagaimana menghormati yang tidak berpuasa, dari dulu tidak pernah terdengar tindakan perang karena masalah ini kan ?
Kedua, kasus Ibu di Serang Banten yang berjualan di Siang hari ramadhan yang kemudian di razia oleh Satpol PP. Banyak kalangan yang ber-empati kepada Ibu itu. Kasihan memang harus ada, tetapi jika Ibu yang kita kasihani ini melanggar Perda tentang larangan berjualan di siang hari selama bulan ramadhan, untuk apa dikasihani ?
Bahkan menurut berbagai sumber, sumbangan yang diberikan untuk Ibu Saeni (Penjual) sudah menembus angka ratusan juta. Hingga sampainya berita bahwa, Ibu Saeni diberi bantuan uang oleh Presiden RI. Astaghfirullah, lagi-lagi umat islam harus mengusap dada sambil tarik nafas, seraya berkata “Inikah tanda akhir zaman ?”. Padahal masih banyak orang miskin yang kelaparan, kedinginan karena tak ada tempat tinggal, harus luput dari pandangan para hartawan dan pemerintah. Mengapa kasus seperti ini baru membuka mata mereka, bukankah praktik razia oleh Satpol PP sudah lama mengapa baru ini yang Kau bantu ?
Warung yang buka pada siang hari, menurut saya, pemilik warung itu tidak mau disayang Tuhan. Karena tidak mau menyayangi saudaranya yang sedang berpuasa. Saya yakin, puasa orang Indonesia itu tidak semua sama tingkatannya. Ada yang tahan sekali berpuasa, sampai lupa rasa lapar, tetapi ada saja orang yang berpuasa langsung saja berbuka ketika lapar, karena melihat warung berada di depan mata. Dahulu, orang yang tidak berpuasa saja harus makan sambil nyumpet karena khawatir mengganggu orang yang berpuasa. Tetapi kini berbeda, kita lah yang harus menonton mereka makan di depan kita, lagi-lagi dalih toleransi.
Semoga Allah swt., menyertakan taufiq dan hidayahnya kepada kita semua agar para pemimpin kita mampu menyatukan kita, bukan malah merenggangkan kita. Terakhir, semoga dengan banyaknyaa tantangan di bulan Ramadhan ini, Allah beri pahala kita yang lebih. Aamiin. Wallahul Muwaafiq ilaa aqwaami thariiq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar