Selasa, 03 September 2019

BIARKANLAH TETANGGAMU HAJATAN DENGAN DANGDUT

By Khairul Umam

Acara hajatan biasanya diisi dengan hiburan agar suasana menjadi lebih meriah. Berbagai macam hiburan menjadi pilihan, diantaranya musik dangdut, gambus, hadroh, pop, keroncong, dll., tergantung kesukaan tuan rumah. Biasanya masyarakat lebih cenderung menampilkan musik dangdut dan gambus pada acara hajatan, dikarenakan lebih dekat dengan kultur masyarakat.
Dangdut mendominasi hiburan pada acara hajatan. Hampir tak mengenal latar belakang sosial, baik dia orang kaya maupun miskin, dangdut menjadi daya tarik tersendiri karena sudah melekat dengan kebiasaan, hajatan ya dangdut.
Namun, ada beberapa masyarakat yang merasa terganggu dengan suara musik dangdut. Belum lagi tampilan penyanyi dangdut yang terkesan kurang sopan dengan baju penyanyi yang sangat minim. Wajar jika masyarakat merasa risih. Tapi jika dangdut nya berpakaian yang sopan, apalagi berhijab, semestinya dihormati saja. Apalagi tetangga melaksanakan hajatan itu tidak setiap hari, tetangga hanya meminta waktu dari jam 10 pagi sampai jam 11 malam, berilah dia kebebasan untuk memeriahkan hajatannya. Pun nanti ketika kita hajatan, kita juga akan mengganggu tetangga kita dengan suara hiburan. "Ah saya kan hiburan nya gambus, dia dangdut" timpal dia. Menurut penulis antara musik dangdut dan gambus itu perbedaan nya hanya pada bahasa dan instrumen, kalau gambus identik dengan gendang dan suling, kalau gambus dengan biola dan oud. Toh jika kita berkiblat pada asal nya, para penyanyi gambus itu penampilan nya sama dengan penyanyi dangdut di Indonesia.
Pada akhirnya saya ingin mengatakan, jangan terlalu fanatik dengan selera bermusik. Meminjam istilah Rhoma Irama, lain kepala lain pula kesenangannya pada musik, dari itu mainlah musik asalkan jangan saling mengusik. Biarkan tetanggamu hajatan dengan dangdut, nanti kalau kamu hajatan dengan musik gambus, pop, hadroh, itu selera kamu, kami menghormati ...

TERSENYUMLAH, AGAR DUNIA MENJADI INDAH

By Khairul Umam

Senyum bukanlah hal yang sulit, biasanya seseorang enggan ternsenyum dikarenakan ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Jika boleh kita berbaik sangka, mungkin saja sedang sariawan, sakit gigi, gusi bengkak, dan penyakit yang membuat ketidak nyamanan untuk tersenyum. Bisa juga ada faktor lain, yang membuat seseorang malas dan tidak kuasa untuk tersenyum, misalnya saja masalah yang ada di rumah, pekerjaan yang terus menumpuk, atau beban hidup yang tidak bisa diceritakan. Akhirnya melipat wajah dengan cemberut menjadi pelampiasannya.
Jujur saja, semua orang pasti sangat bahagia apabila bertemu dengan orang lain saling menebarkan senyum, tentu hati menjadi tentram dan damai. Namun apabila bertemu seseorang, ternyata tak mau melebarkan senyumnya, seakan-akan ada ular berbisa yang segera melilit kita, kemudian hati ini rasanya menjadi sempit, ingin rasanya segera menghindar dari orang tersebut.
Padahal dalam haditsnya, nabi kita pernah berwasiat, bahwa senyum kita kepada saudara (sesama) adalah sedekah. Nabi memberi kita "pahala sedekah" jika kita mau tersenyum kepada saudara kita. Mengapa demikian ? Menurut penulis, supaya orang-orang Islam termotivasi untuk tersenyum. Jika boleh penulis membahasakan hadits tersebut dengan bahasa keseharian, mungkin begini kalimatnya "Hai, senyum dong. Senyum mu itu sedekah lho". Betapa Rasulullah sangat mendorong umat Islam untuk menebar senyum.
Dikarenakan sebuah senyuman, banyak orang yang tertarik dengan saran kita. Dikarenakan senyuman, banyak orangtua yang merestui anaknya menikah. Dikarenakan senyuman, suami menjadi sayang terhadap istri. Dikarenakan senyuman, pendakwah akan dicintai pendengarnya. Dikarenakan senyuman, dunia akan semakin tentram dan damai.
Semoga setiap senyuman yang kita tebarkan kepada sesama, menjadi ladang pahala, sebagaimana wasiat Rasullah SAW. Aamiin